Selasa, 15 Maret 2016

MUSH’AB BIN UMAIR, TELADAN BAGI PARA PEMUDA ISLAM




Masa muda atau usia remaja adalah saat orang-orang mulai mengenal dan merasakan manisnya dunia. Pada fase ini, banyak pemuda lalai dan lupa, jauh sekali lintasan pikiran akan kematian ada di benak mereka. Apalagi bagi mereka orang-orang yang kaya, memiliki fasilitas hidup yang dijamin orang tua. Mobil yang bagus, uang saku yang cukup, tempat tinggal yang baik, dan kenikmatan lainnya, maka pemuda ini merasa bahwa ia adalah raja.

Di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang pemuda yang kaya, berpenampilan rupawan, dan biasa dengan kenikmatan dunia. Ia adalah Mush’ab bin Umair. Ada yang menukilkan kesan pertama al-Barra bin Azib ketika pertama kali melihat Mush’ab bin Umair tiba di Madinah. Ia berkata,

رَجُلٌ لَمْ أَرَ مِثْلَهُ كَأَنَّهُ مِنْ رِجَالِ الجَنَّةِ

“Seorang laki-laki, yang aku belum pernah melihat orang semisal dirinya. Seolah-olah dia adalah laki-laki dari kalangan penduduk surga.”
Ia adalah di antara pemuda yang paling tampan dan kaya di Kota Mekah. Kemudian ketika Islam datang, ia jual dunianya dengan kekalnya kebahagiaan di akhirat.

Kelahiran dan Masa Pertumbuhannya

Mush’ab bin Umair dilahirkan di masa jahiliyah, empat belas tahun (atau lebih sedikit) setelah kelahiran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dilahirkan pada tahun 571 M (Mubarakfuri, 2007: 54), sehingga Mush’ab bin Umair dilahirkan pada tahun 585 M.
Ia merupakan pemuda kaya keturunan Quraisy; Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari al-Qurasyi.

Dalam Asad al-Ghabah, Imam Ibnul Atsir mengatakan, “Mush’ab adalah seorang pemuda yang tampan dan rapi penampilannya. Kedua orang tuanya sangat menyayanginya. Ibunya adalah seorang wanita yang sangat kaya. Sandal Mush’ab adalah sandal al-Hadrami, pakaiannya merupakan pakaian yang terbaik, dan dia adalah orang Mekah yang paling harum sehingga semerbak aroma parfumnya meninggalkan jejak di jalan yang ia lewati.” (al-Jabiri, 2014: 19).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا رَأَيْتُ بِمَكَّةَ أَحَدًا أَحْسَنَ لِمَّةً ، وَلا أَرَقَّ حُلَّةً ، وَلا أَنْعَمَ نِعْمَةً مِنْ مُصْعَبِ بْنِ عُمَيْرٍ

“Aku tidak pernah melihat seorang pun di Mekah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari Mush’ab bin Umair.” (HR. Hakim).

Ibunya sangat memanjakannya, sampai-sampai saat ia tidur dihidangkan bejana makanan di dekatnya. Ketika ia terbangun dari tidur, maka hidangan makana sudah ada di hadapannya.

Demikianlah keadaan Mush’ab bin Umair. Seorang pemuda kaya yang mendapatkan banyak kenikmatan dunia. Kasih sayang ibunya, membuatnya tidak pernah merasakan kesulitan hidup dan kekurangan nikmat.

Menyambut Hidayah Islam

Orang-orang pertama yang menyambut dakwah Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah istri beliau Khadijah, sepupu beliau Ali bin Abi Thalib, dan anak angkat beliau Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhum. Kemudian diikuti oleh beberapa orang yang lain. Ketika intimidasi terhadap dakwah Islam yang baru saja muncul itu kian menguat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah al-Arqam bin Abi al-Arqam radhiyallahu ‘anhu. Sebuah rumah yang berada di bukit Shafa, jauh dari pengawasan orang-orang kafir Quraisy.

Mush’ab bin Umair yang hidup di lingkungan jahiliyah; penyembah berhala, pecandu khamr, penggemar pesta dan nyanyian, Allah beri cahaya di hatinya, sehingga ia mampu membedakan manakah agama yang lurus dan mana agama yang menyimpang. Manakah ajaran seorang Nabi dan mana yang hanya warsisan nenek moyang semata. Dengan sendirinya ia bertekad dan menguatkan hati untuk memeluk Islam. Ia mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumah al-Arqam dan menyatakan keimanannya.

Kemudian Mush’ab menyembunyikan keislamannya sebagaimana sahabat yang lain, untuk menghindari intimidasi kafir Quraisy. Dalam keadaan sulit tersebut, ia tetap terus menghadiri majelis Rasulullah untuk menambah pengetahuannya tentang agama yang baru ia peluk. Hingga akhirnya ia menjadi salah seorang sahabat yang paling dalam ilmunya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya ke Madinah untuk berdakwah di sana.

Menjual Dunia Untuk Membeli Akhirat

Suatu hari Utsmani bin Thalhah melihat Mush’ab bin Umair sedang beribadah kepada Allah Ta’ala, maka ia pun melaporkan apa yang ia lihat kepada ibunda Mush’ab. Saat itulah periode sulit dalam kehidupan pemuda yang terbiasa dengan kenikmatan ini dimulai.

Mengetahui putra kesayangannya meninggalkan agama nenek moyang, ibu Mush’ab kecewa bukan kepalang. Ibunya mengancam bahwa ia tidak akan makan dan minum serta terus beridiri tanpa naungan, baik di siang yang terik atau di malam yang dingin, sampai Mush’ab meninggalkan agamanya. Saudara Mush’ab, Abu Aziz bin Umair, tidak tega mendengar apa yang akan dilakukan sang ibu. Lalu ia berujar, “Wahai ibu, biarkanlah ia. Sesungguhnya ia adalah seseorang yang terbiasa dengan kenikmatan. Kalau ia dibiarkan dalam keadaan lapar, pasti dia akan meninggalkan agamanya”. Mush’ab pun ditangkap oleh keluarganya dan dikurung di tempat mereka.

Hari demi hari, siksaan yang dialami Mush’ab kian bertambah. Tidak hanya diisolasi dari pergaulannya, Mush’ab juga mendapat siksaan secara fisik. Ibunya yang dulu sangat menyayanginya, kini tega melakukan penyiksaan terhadapnya. Warna kulitnya berubah karena luka-luka siksa yang menderanya. Tubuhnya yang dulu berisi, mulai terlihat mengurus.

Berubahlah kehidupan pemuda kaya raya itu. Tidak ada lagi fasilitas kelas satu yang ia nikmati. Pakaian, makanan, dan minumannya semuanya berubah. Ali bin Abi Thalib berkata, “Suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di masjid. Lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan. 

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatnya, beliau pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu (sebelum memeluk Islam) dibandingkan dengan keadaannya sekarang…” (HR. Tirmidzi No. 2476).
Zubair bin al-Awwam mengatakan, “Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang duduk dengan para sahabatnya di Masjid Quba, lalu muncullah Mush’ab bin Umair dengan kain burdah (jenis kain yang kasar) yang tidak menutupi tubuhnya secara utuh. Orang-orang pun menunduk. Lalu ia mendekat dan mengucapkan salam. Mereka menjawab salamnya. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memuji dan mengatakan hal yang baik-baik tentangnya. Dan beliau bersabda, “Sungguh aku melihat Mush’ab tatkala bersama kedua orang tuanya di Mekah. 

Keduanya memuliakan dia dan memberinya berbagai macam fasilitas dan kenikmatan. Tidak ada pemuda-pemuda Quraisy yang semisal dengan dirinya. Setelah itu, ia tinggalkan semua itu demi menggapai ridha Allah dan menolong Rasul-Nya…” (HR. Hakim No. 6640).
Saad bin Abi Waqqash radhiayallahu ‘anhu berkata, “Dahulu saat bersama orang tuanya, Mush’ab bin Umair adalah pemuda Mekah yang paling harum. Ketika ia mengalami apa yang kami alami (intimidasi), keadaannya pun berubah. Kulihat kulitnya pecah-pecah mengelupas dan ia merasa tertatih-taih karena hal itu sampai-sampai tidak mampu berjalan. Kami ulurkan busur-busur kami, lalu kami papah dia.” (Siyar Salafus Shaleh oleh Ismail Muhammad Ashbahani, Hal: 659).

Demikianlah perubahan keadaan Mush’ab ketika ia memeluk Islam. Ia mengalami penderitaan secara materi. Kenikmatan-kenikmatan materi yang biasa ia rasakan tidak lagi ia rasakan ketika memeluk Islam. Bahkan sampai ia tidak mendapatkan pakaian yang layak untuk dirinya. Ia juga mengalami penyiksaan secara fisik sehingga kulit-kulitnya mengelupas dan tubuhnya menderita. Penderitaan yang ia alami juga ditambah lagi dengan siksaan perasaan ketika ia melihat ibunya yang sangat ia cintai memotong rambutnya, tidak makan dan minum, kemudian berjemur di tengah teriknya matahari agar sang anak keluar dari agamanya. Semua yang ia alami tidak membuatnya goyah. Ia tetap teguh dengan keimanannya.

 Peranan Mush’ab Dalam Islam 


Mush’ab bin Umair adalah salah seorang sahabat nabi yang utama. Ia memiliki ilmu yang mendalam dan kecerdasan sehingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusnya untuk mendakwahi penduduk Yatsrib, Madinah.

Saat datang di Madinah, Mush’ab tinggal di tempat As’ad bin Zurarah. Di sana ia mengajrkan dan mendakwahkan Islam kepada penduduk negeri tersebut, termasuk tokoh utama di Madinah semisal Saad bin Muadz. Dalam waktu yang singkat, sebagian besar penduduk Madinah pun memeluk agama Allah ini. 

Hal ini menunjukkan –setelah taufik dari Allah- akan kedalaman ilmu Mush’ab bin Umair dan pemahamanannya yang bagus terhadap Alquran dan sunnah, baiknya cara penyampaiannya dan kecerdasannya dalam berargumentasi, serta jiwanya yang tenang dan tidak terburu-buru.

Hal tersebut sangat terlihat ketika Mush’ab berhadap dengan Saad bin Muadz. Setelah berhasil mengislamkan Usaid bin Hudair, Mush’ab berangkat menuju Saad bin Muadz. Mush’ab berkata kepada Saad, “Bagaimana kiranya kalau Anda duduk dan mendengar (apa yang hendak aku sampaikan)? Jika engkau ridha dengan apa yang aku ucapkan, maka terimalah. Seandainya engkau membencinya, maka aku akan pergi”. Saad menjawab, “Ya, yang demikian itu lebih bijak”. Mush’ab pun menjelaskan kepada Saad apa itu Islam, lalu membacakannya Alquran.
Saad memiliki kesan yang mendalam terhadap Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu dan apa yang ia ucapkan. Kata Saad, “Demi Allah, dari wajahnya, sungguh kami telah mengetahui kemuliaan Islam sebelum ia berbicara tentang Islam, tentang kemuliaan dan kemudahannya”. Kemudian Saad berkata, “Apa yang harus kami perbuat jika kami hendak memeluk Islam?” “Mandilah, bersihkan pakaianmu, ucapkan dua kalimat syahadat, kemudian shalatlah dua rakaat”. Jawab Mush’ab. Saad pun melakukan apa yang diperintahkan Mush’ab.

Setelah itu, Saad berdiri dan berkata kepada kaumnya, “Wahai Bani Abdu Asyhal, apa yang kalian ketahui tentang kedudukanku di sisi kalian?” Mereka menjawab, “Engkau adalah pemuka kami, orang yang paling bagus pandangannya, dan paling lurus tabiatnya”.

Lalu Saad mengucapkan kalimat yang luar biasa, yang menunjukkan begitu besarnya wibawanya di sisi kaumnya dan begitu kuatnya pengaruhnya bagi mereka, Saad berkata, “Haram bagi laki-laki dan perempuan di antara kalian berbicara kepadaku sampai ia beriman kepada Allah dan Rasul-Nya!”

Tidak sampai sore hari seluruh kaumnya pun beriman kecuali Ushairim.
Karena taufik dari Allah kemudian buah dakwah Mush’ab, Madinah pun menjadi tempat pilihan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya hijrah. Dan kemudian kota itu dikenal dengan Kota Nabi Muhammad (Madinah an-Nabawiyah).

Wafatnya

Mush’ab bin Umair adalah pemegang bendera Islam di peperangan. Pada Perang Uhud, ia mendapat tugas serupa. Muhammad bin Syarahbil mengisahkan akhir hayat sahabat yang mulia ini. Ia berkata:

Mush’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu membawa bendera perang di medan Uhud. Lalu datang penunggang kudak dari pasukan musyrik yang bernama Ibnu Qumai-ah al-Laitsi (yang mengira bahwa Mush’ab adalah Rasulullah), lalu ia menebas tangan kanan Mush’ab dan terputuslah tangan kanannya. Lalu Mush’ab membaca ayat:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).

Bendera pun ia pegang dengan tangan kirinya. Lalu Ibnu Qumai-ah datang kembali dan menebas tangan kirinya hingga terputus. Mush’ab mendekap bendera tersebut di dadanya sambal membaca ayat yang sama:

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۚ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS. Ali Imran: 144).
Kemudian anak panah merobohkannya dan terjatuhlah bendera tersebut. Setelah Mush’ab gugur, Rasulullah menyerahkan bendera pasukan kepada Ali bin Abi Thalib (Ibnu Ishaq, Hal: 329).

Lalu Ibnu Qumai-ah kembali ke pasukan kafir Quraisy, ia berkata, “Aku telah membunuh Muhammad”.
Setelah perang usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memeriksa sahabat-sahabatnya yang gugur. Abu Hurairah mengisahkan, “Setelah Perang Uhud usai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mencari sahabat-sahabatnya yang gugur. Saat melihat jasad Mush’ab bin Umair yang syahid dengan keadaan yang menyedihkan, beliau berhenti, lalu mendoakan kebaikan untuknya. Kemudian beliau membaca ayat:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ ۖ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَىٰ نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ ۖ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya).” (QS. Al-Ahzab: 23).

Kemudian beliau mempersaksikan bahwa sahabat-sahabatnya yang gugur adalah syuhada di sisi Allah.
Setelah itu, beliau berkata kepada jasad Mush’ab, “Sungguh aku melihatmu ketika di Mekah, tidak ada seorang pun yang lebih baik pakaiannya dan rapi penampilannya daripada engkau. Dan sekarang rambutmu kusut dan (pakaianmu) kain burdah.”

Tak sehelai pun kain untuk kafan yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah. Andainya ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua kakinya. Sebaliknya, bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Sehingga Rasulullah bersabda, “Tutupkanlah kebagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idkhir.”
Mush’ab wafat setelah 32 bulan hijrahnya Nabi ke Madinah. Saat itu usianya 40 tahun.

Para Sahabat Mengenang Mush’ab bin Umair 

Di masa kemudian, setelah umat Islam jaya, Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu yang sedang dihidangkan makanan mengenang Mush’ab bin Umair. Ia berkata, “Mush’ab bin Umair telah wafat terbunuh, dan dia lebih baik dariku. Tidak ada kain yang menutupi jasadnya kecuali sehelai burdah”. (HR. Bukhari no. 1273). Abdurrahman bin Auf pun menangis dan tidak sanggup menyantap makanan yang dihidangkan.

Khabab berkata mengenang Mush’ab, “Ia terbunuh di Perang Uhud. Ia hanya meninggalkan pakaian wool bergaris-garis (untuk kafannya). Kalau kami tutupkan kain itu di kepalanya, maka kakinya terbuka. Jika kami tarik ke kakinya, maka kepalanya terbuka. Rasulullah pun memerintahkan kami agar menarik kain ke arah kepalanya dan menutupi kakinya dengan rumput idkhir…” (HR. Bukhari no.3897).

Penutup

Semoga Allah meridhai Mush’ab bin Umair dan menjadikannya teladan bagi pemuda-pemuda Islam. Mush’ab telah mengajarkan bahwa dunia ini tidak ada artinya dibanding dengan kehidupan akhirat. Ia tinggalkan semua kemewahan dunia ketika kemewahan dunia itu menghalanginya untuk mendapatkan ridha Allah.

Mush’ab juga merupakan seorang pemuda yang teladan dalam bersemangat menuntut ilmu, mengamlakannya, dan mendakwahkannya. Ia memiliki kecerdasan dalam memahami nash-nash syariat, pandai dalam menyampaikannya, dan kuat argumentasinya.


Oleh Nurfitri Hadi (@nfhadi07)
Source : https://kisahmuslim.com/4799-mushab-bin-umair-teladan-bagi-para-pemuda-islam.html

Kamis, 03 Maret 2016

ABOUT HARVARD UNIVERSITY



MotoVeritas
Didirikan1636 (1636)
JenisSwastaPenelitian
Dana abadi$36.4 milyar[3]
PresidenDrew Gilpin Faust
Staf akademik4,671
Jumlah mahasiswa21,000
Sarjana6,700
Magister14,500
LokasiCambridge, Massachusetts, A.S.
KampusPerkotaan
210 acre (85 ha) (Kampus utama)
21 acre (8.5 ha) (Kampus medis)
360 acre (150 ha) (Kampus Allston)
4,500 acre (1,800 ha) (gedung lainnya)[6]
Student newspaperThe Harvard Crimson
Warna     Crimson[7]
AtletikNCAA Divisi IIvy League
Olahraga42 tim universitas
JulukanHarvard Crimson
AfiliasiNAICU
AICUM
AAU
URA
Situs webHarvard.edu



Widener library 2009.JPG
Universitas Harvard (bahasa Inggris: Harvard University) adalah universitas swasta di Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat dan anggota Ivy League. Universitas ini merupakan salah satu universitas terbaik dunia.

Sejarah

Universitas ini didirikan pada 8 September 1636 dan merupakan perguruan tinggi tertua di Amerika Serikat. Awalnya bernama New College, dan dinamakan ulang menjadi Harvard College pada 13 Maret 1639 untuk menghormati penyumbang terbesarnya, John Harvard, seorang mantan mahasiswa Universitas Cambridge.
Rujukan terawal yang memanggil Harvard sebagai "universitas" dan bukan "college" terjadi pada tahun 1780.


Institusi

Universitas Harvard adalah salah satu universitas paling bergengsi di dunia dan mempunyai pendapatan terbesar di antara universitas-universitas di seluruh dunia (US$22,6 miliar pada tahun 2004), hampir dua kali lipat Universitas Yale, pesaing terdekatnya).
Rangking universitas Amerika Serikat keluaran US News tahun 2005 menempatkan Universitas Harvard dan Universitas Princeton bersama-sama di urutan pertama.[8] Universitas Harvard juga meraih urutan pertama pada tahun 2004, setelah lima tahun di posisi kedua dan ketiga. Times Higher Education Supplement World University Rankings juga menempatkan Universitas Harvard di urutan pertama [9].


Fakultas

Universitas Harvard kini mempunyai 9 fakultas, diurutkan di bawah ini menurut masa didirikan:


Mahasiswa Harvard dari Indonesia



        SOURCES :       https://id.wikipedia.org/wiki/Universitas_Harvard

Senin, 29 Februari 2016

DIY - LIPS SCRUB


             

HOMEMADE LIPS SCRUBS
By : Yustia Ridha 




Hai! Disini pasti ada yang bibirnya tampak hitam dan pecah-pecah ya? Nah Lips Scrubs ini adalah solusinya!  Ternyata scrubs gak cuman buat badan aja lhoh!  Karena scrubs itu bisa juga buat bibir, manfaatnya membuat bibir kamu tampak lebih halus, gak pecah-pecah, bibir sehat, dan membuat bibir terlihat lebih fresh kalau kalian pakai dengan rutin dan teratur. 

Kalian bisa beli Lips Scrubs yang paling sering digunakan contohnya  The Body Shop, Lush, DLL. Tapi pastinya lebih irit dan asik kalo kita bikin sendiri loh!  Apalagi bahan-bahannya gampang banget kalian dapetin dan buatnya juga gampang!



Bahan :
1.    Mangkuk kecil / tempat kecil yang ada tutupnya.
2.   Sendok untuk ngaduk
3.   Madu   (2 sendok teh)
4.   Minyak Zaitun   (4 sendok teh)    /   potongan Lipbalm
5.   Gula Putih Kasar   (bahan ini penting karena kalo gak pake gula kasar nanti gajadi scrubs)
6.   Perasaan Jeruk Nipis   (secukupnya)




Cara : 

1.   Siappin mangkuk yang udah kalian siappin buat tempat Lips Scrubs kalian.
2.   Masukkan semua bahan
3.   Pastikan Gula Putih Kasarnya kalian masukkin pada akhir ya.

Jadi deh! Gimana? Gampang kan. Ohiya pastikan kalian pakai Lips Scrubs ini dengan rutin dan disertai pemakaian Lip Balm dengan teratur, agar hasilnya ada.

Btw cara pemakaian Lips Scrubs ini sama dengan pemakaian Body Scrubs ya. Tapi bedanya setelah kalian pakai, diamkan lalu bilas dan ditambah pemakaian Lip Balm ya.





















Minggu, 28 Februari 2016

HOW TO MAKE INFUSED WATER

              How to Make Infused Water

You can infuse water with any number of herbs, spices, edible flowers, fruit and even vegetables! Here are some ideas:


Report this ad
 
  •  Herbs: Rosemary, thyme, mint, basil, cilantro, parsley
  • Spices: Cinnamon sticks, cardamom pods, fresh ginger, cloves, vanilla bean
  • Edible flowers: Rose, lavender, citrus blossoms, hibiscus, pansies, violets (or any that are 100% pesticide free)
  • Fruit: Berries (fresh or frozen), melon, tropical fruits, citrus, apples, pears
  • Vegetables: Cucumber, celery, fennel, carrots
  • Water: Filtered water is great, but if you don’t have a filtration system, tap water is fine too.

 

 

Gather ingredients

I like to use large glass bottles or jars with lids. Give the add-ins a good wash or rinse. You can leave the fruits or veggies peeled or unpeeled. That’s up to you. Try to use organic if you can. Avoid any fruit that’s bruised or overly ripe, or herbs that don’t look fresh. Add the fruit, herbs, spices or whatever you want to use into a bottle of cool water. Or you could add it to the bottle and then fill it up with water. Use thin slices or small cubes because the flavor will infuse more quickly.

 

Be patient

Let the water sit for a few hours to allow the flavors to infuse. The longer it sits, the more flavorful the water will be. Some fruits or



herbs will infuse more quickly than others. Citrus is pretty instant. Herbs take a little longer. Berries take a few hours and will also release color into the water. I put the infused water in the fridge immediately after I make it, but it doesn’t hurt to let it sit at room temperature for a little while. However, you should keep it in the fridge or put ice in it if you aren’t planning on using it right away.



 

Drink + refill

Pour a glass and enjoy! You can refill the water a few times and let it infuse again, but the flavors won’t be as pronounced.


   sources :
   helloglow.co/infused-water-ideas/

Kamis, 04 Februari 2016

YOUR POLAROID GUIDE / Tips menggunakan Instax Film Camera



10 Tips on Taking Great Shots with your Polaroid



Instant film cameras may have been left behind by many in the digital age, but they still have a loyal and growing following. These cameras are becoming more popular for a few reasons. For one, instant film cameras provide the satisfaction of having a picture in hand that can be shared and enjoyed right after it is taken. There is also the uniqueness factor: Take a picture with an instant film camera, and it is the only one of its kind. It can be scanned and reprinted, but there will only be one copy of that 4-inch by 5-inch original.
Vintage instant film cameras are popular on the resale market, and new instant film cameras are still manufactured by a couple of big companies. Vintage cameras are found online, and in resale and pawn shops. These cameras are also great finds that turn up unexpectedly at garage sales and swap meets. Packages of instant camera filmsometimes surface in these same locations. Be aware that photographic film has an expiration date, so buying old film could be a waste of money. Some manufacturers still make new film for vintage cameras.
Good places to find new film and new instant film cameras include online, specialty camera shops, and many retail stores that sell digital cameras and other electronic equipment.
Once that camera is in hand, the challenge is to take great pictures. Unlike digital cameras, with which taking an endless number of pictures will not waste film, every picture taken with an instant camera has a price. The cost factor for photographic film alone makes getting shots right the first time very important. This guide provides 10 tips for taking great shots with an instant film camera.

10 Tips on Taking Great Camera Shots

Making sure the film is ready to take great pictures requires some preparation. A pack of film that has been mishandled cannot produce great pictures, no matter how the pictures are taken. Each film pack is marked with an expiration date. Do not expect expired film to produce quality pictures. Store unopened film packs in the fridge, or at 41°F to 50°F (5 to 10°C). Never freeze them or leave them in bright sunlight or heat. Before shooting, allow the film to adjust to room temperature for at least one hour. Once the film is ready, it is time to take pictures.

Tip 1: Take Practice Shots

Get to know the instant film camera before taking any shots. Some camera film is made specifically for one type of camera, and even film made by different manufacturers will behave differently in the same camera. Particularly if a camera is unfamiliar to the user, always take practice shots.


Tip 2: Adjust Film Exposure

Instant film cameras do not have standard settings. Optimal exposure settings depend on the type of film (including color film versus black-and-white film), lighting conditions, and the light sensitivity of the film. For example, some film is very sensitive to bright light. To avoid overexposed images, the lighten/darken wheel should be adjusted to the darkest setting.
The manufacturer’s recommended film exposure settings can be found in the camera’s operating instructions. If instructions did not come with the camera, they might be available online.

Tip 3: Give Film Enough Time to Process

Give the picture plenty of time to process and dry without handling it. Drying time has a significant effect on picture quality. If it is not the type of film with a protective cover that has to be peeled away, keep the picture covered with a piece of paper, or turn it upside down and leave it alone.
Drying time will vary by camera model. The general rule is the older the camera, the longer it will take to dry the images. Pictures taken with the newest cameras should take about four minutes to dry. Photos produced by older cameras could take anywhere from 10 to 40 minutes to develop.
Never wave developing film to try to dry it or to adjust its temperature. This does not affect its drying time and could adversely affect image quality.
If spots or other anomalies are present in the picture, they will probably disappear after 24 hours of drying time. Image quality could even change days after being taken.

Tip 4: Do Not Pull the Film at an Angle

Always pull film tabs out of the holder in a straight and even motion. Pull the film parallel to the back of the camera. Avoid holding the camera in positions that might interfere with pulling the film out of the camera. A crooked pull can result in pictures with missing corners, streaks, or marks.




Tip 5: Pull the Film Out at a Moderate Speed

Exposed film should be pulled from the camera at a steady and moderate speed. Pulling too quickly can cause white specks in the images. Pulling too slowly or stopping or hesitating during the pull can cause streaks.

Tip 6: The Film Tab Is Important

Pull the white tab all the way out of the camera. The long, rectangular area that appears on the film is an impression made by the tab. In order for the image to process properly, the tab needs to be removed from the surface of the picture.

Tip 7: Prevent Exposure to Light

When the camera ejects the picture, immediately shield it from light. Even covering it with a hand or turning it upside down will provide decent protection. The first few seconds of developing are the most important. Always store pictures in conditions with minimal light exposure.


Tip 8: Avoid Exposure to Extreme Temperatures

Instant camera film is very sensitive to temperature. A moderate room temperature of 63 to 75°F (17 to 24°C) is optimal for developing instant camera pictures. In extreme cold (50°F and below), images will quickly lighten to almost white tones, and erase most contrast. In extreme heat (80°F and above), images will quickly darken, and the contrast will change to reddish, orange, and yellowish shades.
When shooting in extreme temperatures, putting images in a pocket to warm them up or keeping them in the shade to cool them down will help.

Tip 9: Be Careful with Long-Term Storage

Pictures taken with instant film require more care than any other type of photo. Place them in seamless envelopes or sleeves made of acid-free paper, cellulose acetate, or polyethylene. Do not store them in glassine envelopes, PVC plastic, black photo album paper, brown kraft paper, or cardboard.
Control humidity conditions by storing pictures in airtight containers. A drying agent like silica gel will help with long-term moisture control. Even salt or desiccant will work.

Tip 10: Keep Camera Parts Clean

Keep the processing rollers in the camera and film holder clean. Rollers with dirt stuck to them can cause spots or streaks. Inspect and clean rollers regularly. They will work best if they are cleaned before each pack of film is loaded into the camera. At a minimum, they should be cleaned between every three-to-five rolls of film. Clean with a soft cloth moistened with water. Dry the rollers completely before loading the film. Do not use alcohol or a cleaning fluid. Never scrape the rollers with a hard object like a pair of tweezers or a fingernail. Regularly clean the tab slot on the camera or film holder with a damp cloth or cotton swab.